728x90 AdSpace

  • TERKINI

    Minggu, 26 April 2015

    Pengaruh Kecanduan Game Online di Kalangan Usia Sekolah

    Bicara soal kecanduan, hal pertama terlintas adalah pernyataan tidak umum, "Candu judi, candu narkoba, candu game online" dari berbagai kalangan sosial, mulai dari anak sekolah, artis hingga pejabat, mereka sama-sama kecanduan. Kita tahu game memang dirancang oleh pembuatnya agar gamer terpancing emosi dan penasaran di setiap level permainan, hal inilah yang membuat game menjadi adiktif ( kecanduan ). Jika sudah kecanduan game, akibat nya intensitas bermain semakin tinggi, maka seorang gamer tak ada ubahnya dengan seorang pecandu zat adiktif atau narkoba, mengerikan.

    Faktor kecanduan game online membuat seorang gamer melupakan  banyak hal, seperti peran sosial mereka di dunia nyata, kewajiban sebagai siswa atau mahasiswa, kesehatan, tabungan, dan lain sebagainya.

    Bermain game awalnya mungkin sekadar hiburan, untuk mendapatkan relaksasi dari padatnya akivitas sekolah, namun dapat berkembang sebagai arena kompetensi atau persaingan. Perasaan senang yang muncul dari kepuasan menaklukkan tantangan membuat anak ingin terus mengulang hingga akhirnya ia lupa waktu dan tempat karena terus berkonsentrasi pada permainan tersebut.

    Menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak, antara lain berupa masalah sosialisasi, Masalah komunikasi, mengikis empati, gangguan kesehatan , dan gangguan motorik.

    Masalah sosialisasi - Berhubung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan bukan manusia (Video Game), mereka bisa merasa canggung dan kurang nyaman untuk bergaul dengan temannya yang lain.

    Masalah komunikasi - Kegiatan berkomunikasi bukan sebatas berbicara dan mendengarkan kalimat yang terucap, tetapi juga membaca ekspresi lawan bicara. Anak yang kurang sering bersosialisasi biasanya kesulitan melakukan hal ini.

    Mengikis empati - Seringkali anak menyukai jenis game yang melibatkan kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dan sebagainya. Efek samping dari memainkan jenis game ini adalah terpicunya agresivitas anak dan terkikisnya empati "si buah hati" terhadap orang lain. Mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena konsentrasi belajar juga turun.

    Gangguan kesehatan - Menatap layar video games secara konstan dalam waktu lama bisa mencetus serangan sakit kepala, nyeri leher, gangguan tidur, dan gangguan penglihatan.

    Gangguan motorik - Tubuh yang kurang aktif bergerak akan mengurangi kesempatan anak untuk melatih kemampuan motoriknya. Risikonya, anak bisa terserang obesitas dan pertumbuhan tinggi badannya tidak maksimal.

    Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak nyaman di rumah. Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di keluarga.

    Dampak positive dari bermain game yaitu memperkenalkan anak untuk dapat menemukan dan mengetahui banyak hal baru,  yang secara tidak langsung dapat mengkondisikan diri sang anak untuk mengetahui situasi dan kondisi sekitar, dan beberapa game menuntut untuk berkonsentrasi, artinya anak dapat berkonsentrasi pada satu hal yang menurut dia menarik saat bermain game. Bermain game sekitar 20 menit sebelum belajar dapat memancing konsentrasi dalam belajar.

    Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, New York --bahwa anak yang sudah mengetahui strategi dalam game dapat meningkatkan daya kemampuan berkembang dalam Matematika, pemecahan masalah, dan kemampuan membaca terlebih lagi bila game yang biasa dimainkan berbahasa inggris.

    Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab tiap orang tua untuk secara rutin menjalin komunikasi yg baik secara dua arah dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. Waspadalah.
    Yayah Gandi

    Seorang ibu rumah tangga biasa, dikaruniai 3 orang anak; yang menggemari googling hal-hal bermanfaat bagi keluarga. Dan direstui suami tercinta untuk blogging agar dapat terus mengembangkan usaha dari rumah sambil merawat dan mendidik anak.

    Website: Mawatata.com

    • Facebook Comments
    • Blogger Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Pengaruh Kecanduan Game Online di Kalangan Usia Sekolah Rating: 5 Reviewed By: Yayah Gandi
    Scroll to Top